Kepada siapa anda berani mempercayakan sebuah rahasia tentang diri anda yang sangat secret? Apakah kepada seorang sahabat ? Sahabat seperti apa?
Pertanyaan itu membuat saya tersentak karena baru saja saya mendengar semua unek-unek dan hal-hal yang sangat pribadi tentang sahabat baruku ini. Pertemuan itu sangat special, bertemu muka dan saling bercanda, membahas hal-hal rohani, politik dan bisnis. Tiba-tiba beliau bertanya kepada saya lagi: ”Siapa yang rela memberi nyawanya untuk seorang sahabat?”.
“PERSAHABATAN ITU INDAH”. Dulu saya belum tahu apa efek dari sebuah persahabatan itu. Ternyata persahabatan itu bisa meruntuhkan benteng-benteng segala kepentingan agama, ras dan golongan bahkan faham. Pak Ranto menambahkan bahwa Persahabatan bisa menembus segala kemunafikan, namun persahabatan itu ada tingkatan yaitu:
1. Persahabatan yang bermotif,
yaitu persahabatan yang digerakkan oleh sebuah motivasi yang tersembunyi dan sulit untuk diterka. Persahabatan seperti ini tidak berumur panjang sebab jika motivasinya sudah tercapai maka persahabatan itu bubar, diakhiri dengan kekecewaan. Banyak orang merelakan faham dan agamanya dikhianati karena motivasi uang, bahkan ada yang sangat berpura-pura baik seakan-akan bagaikan seorang NABI, tetapi tujuan akhir persahabatannya adalah “PENGKHIANATAN”. “kita sering sekali terjebak dalam kesulitan yang luar biasa karena tertipu oleh topeng para sahabat yang palsu ini”, Kita sering sekali dikhianati, bahkan priuk nasi kita dibocorkan di media online, tragis sekali. Contohnya, seseorang yang memiliki posisi sebagai “Pemuka Agama, sebut saja pendeta, datang mencari kerja tambahan di kantor saya, seperti free lance begitu, ternyata sekian lamanya tidak membuahkan hasil, lalu dia menagih upahnya selayaknya seorang karyawan upahan. Kawan ini menceritakan peristiwa itu kepada semua orang, dia menagihnya melalui tulisan di situs internet, tidak bicara ke saya, pada hal setiap kami bertemu selalu saya titipkan sesuatu kepada putra-putrinya. Persahabatan yang konyol, membuat saya trauma dengan orang yang penampilannya baik dan manis, tetapi memiliki motivasi terselubung.
2. Persahabatan yang bersyarat,
yaitu persahabatan yang selalu menuntut imbalan dari apa yang pernah diberikan. Persahabatan ini juga tidak langgeng karena sangat sulit memenuhi semua keinginan orang lain yang tak ada batasnya. Katanya “Kalau kita memberi hati, dia minta jantung”, wah saudara-saudara, sungguh pengetahuan saya bertambah malam ini. Saya tahu dari banyak peristiwa yang dialami oleh beliau, patut kita belajar dari sisi ini. Saya hanya bisa berterima kasih kepada Pak Ranto, semoga pertemuan kita ini memiliki motivasi yang tulus. Bagi saya sangat bermanfaat pertemuan ini, sekalipun sudah larut malam, namun persahabatan ini sangat berarti Semoga saya tidak meminta imbalan dari sebuah kepercayaan bapak, yang berani bercerita panjang lebar kepada saya. Tambahnya “persahabatan nomor dua ini, sering saya sebut sebagai ……persahabatan jikalau…..artinya persahabata jikalau, contohnya jika anda baik, maka saya juga baik, jika anda begini, maka saya juga begini, jika anda sayang aku juga sayang …. dan seterusnya”. Saya terkagum-kagum untuk sebuah petuah ini, saya bangga padanya, semoga panjang umur.
3. Persahabatan yang murni dan sejati,
yaitu persahabatan tanpa motif dan tanpa syarat. Katanya, “Persahabatan ini saya sering sebut persahabatan walaupun” artinya “walaupun engkau tidak setia, namun kau tetap sahabatku, …. walaupun engkau mengkhianati persahabatan kita karena uang, atau karena politik ataupun karena apapun yang ada di dunia ini, engkau tetap sahabatku”. Saudara, saya terpukau, sejenak aku terpaku dikursi “cafetaria tua itu” seakan-akan saya baru melihat dunia yang sesungguhnya, karena saya tahu siapa diri saya sekarang, seorang sahabat yang setia, semoga aku tidak mengkhianati persahabatan yang baru saja kami mulai malam ini.
Lalu, bagaimana menjawab pertanyaan di atas? kepada siapa kita bisa mempercayakan sesuatu yang berharga dalam diri kita, yaitu hal yang sangat rahasia (secreat) banget? Siapa yang rela mati demi seorang sahabatnya? Siapa yang rela memberi diri kepada mereka yang yang papah/miskin, kepada mereka yang cacat, kepada mereka yang berpenakit menular? Siapa DIA yang rela mati demi keselamatan orang yang sepatutnya dihukum mati karena berbuat jahat? Mungkinkah kita seorang sahabat yang jahat? Kita tidak menghargai bantuan orang dimasa lalu, kita mengkhianti mereka yang sangat percaya kepada kita, oh …. luar biasa, ada dorongan pertobatan rasanya dari pembicaraan yang penuh kharisma ini. Pantas saja anda di puja dan kadang dibenci, kadang disanjung tetapi masih ada juga yang mencaci.
Catatan Kecilku..
juniantama ade putra
di 11.21
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar